Best Practice Proses Pendampingan KSM Home Industry di Kabupaten Klaten : "Dari Persaingan yang Tidak Sehat Jadi Bermartabat"
Kuwel yang letaknya bersinggunan di antara 3 desa (Desa Keprabon, Kebonharjo dan Polan) sejak dahulun dikenal sebagai sentra kerajinan tangan di Kabupaten Klaten. Awalnya daerah Kuwel dikenal dengan kerajinan tanduk dan sempat berjaya pada tahun 60-an. Ketika kerajinan ini mulai surut (kalah bersaing dengan produk plastic dari pabrik), masyarakat berupaya mempertahankan citra Kuwel sebagai sentra kerajinan tangan dengan memproduksi produk-produk yang lebih fungsional seperti, kipas, dompet, tas, perlengkapan dapur dan produk-produk lain dengan bahan dasar limbah (reuse). Saat ini tidak kurang dari 50 perajin yang melakukan usaha itu.
Sebelum YIS masuk sebagai pendamping, perajin mempunyai persaingan yang tidak sehat, utamanya dalam melakukan pemasaran produk. Banyak sekali ‘kasus konyol’ yang terjadi ketika mereka harus bersaing dengan rekannya sesama perajin untuk memperoleh pesanan dengan menurunkan harga hingga batas yang tidak rasional. Akibatnya banyak sekali perajin yang gulung tikar karena tidak mampu mengembalikan modal produksi. Persaingan pasar ini bahkan berdampak pada kehidupan sosial dalam masyarakat. Hubungan antar masyarakat menjadi kurang harmonis dan berkurangnya tingkat kepedulian.
Untuk itu, YIS mencoba menanggulangi masalah persaingan yang tidak sehat tersebut dengan membentuk kelompok-kelompok yang beranggotakan para perajin di wilayah tersebut. Tujuan dibentuknya kelompok adalah sebagai wadah bersama untuk menyalurkan pendapat dan pemecahan masalah. Dengan terbentuknya kelompok ternyata mampu membuka wawasan perajin, diantaranya adalah dengan adanya kesepakatan-kesepakatan dalam beberapai hal, seperti kesepakatan keseragaman harga untuk produk yang sejenis, kesepakatan pemanfaatan jaringan produksi dari perajin sejenis, kesepakatan kemudahan pemanfaatan stimulant modal usaha yang selama ini merupakan hal yang sulit dipenuhi utamanya oleh perajin kecil, dan masih banyak lagi kemudahan-kemudahan yang dapat diperoleh. Peningkatan kerjasama antar perajin menjadi indikator yang paling terlihat nyata. Misalnya, apabila suatu perajin mendapatkan pesanan produk dalam jumlah besar, yang biasanya akan dikerjakan sendiri, maka saat ini para perajin akan saling berbagi dan bekerjasama dalam proses produksi. Sehingga pekerjaan bisa menjadi lebih ringan dan cepat selesai serta semua bisa merasakan hasilnya. Selain itu, hubungan social antar perajin juga membaik sehingga tidak ada lagi kecemburuan sosial yang berkepanjangan.
Adalah Ari Wardoyo perajin dompet dan pernak-pernik perhiasan dari kain perca. Ia merasa banyak terbantu dengan adanya program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh YIS yang bekerjasama dengan PT. TIV Klaten. Dengan masuknya YIS telah membuka peluang pemasaran yang lebih luas dengan adanya pameran-pameran, pemasaran via internet, kunjungan-kunjungan dan dialog dengan berbagai stakeholder yang sebelumnya belum pernah dilakukan. YIS juga telah memberikan pendampingan manajemen dan pemberian stimulant modal usaha kepada kelompok yang sangat bermanfaat bagi anggota kelompok. Dengan semakin terbukannya pasar ternyata juga berpengaruh pada inovasi produk yang diproduksi. Saat ini Ari Wardoyo tidak saja hanya memproduksi dompet dan pernak-pernik perhiasan dari kain perca, melainkan juga memproduksi produk yang fungsional seperti tas laptop batik yang permintaannya semakin hari semakin besar dengan total omset per bulan + Rp 20 juta. “Sekarang kami merasa lebih bermartabat karena tidak saling menjegal di antara perajin”, katanya. (AW)